Penangkaran dan Upaya Konservasi Rusa di Lokasi Brigif 16 Wira Yuda Kota Kediri, Jawa Timur

Ardyah RI Putri1, Agus Budiarto1, Gatot Ciptadi1,2,3, Yudit Oktanella4, Magistra A. N. Lameka5, Khonita R. Diani5 

  1. Riset Grup Bank Sel Gamet, FAPET UB
  2. Fakultas Peternakan UB.
  3. Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
  4. Fakultas Kedokteran Hewan, UB.
  5. Sekolah Pascasarjana PSLP, UB  

Rusa merupakan jenis satwa yang menarik perhatian masyarakat sebagai sarana wisata edukasi, wisata ekologi. Di beberapa tempat ditemukan rusa yang dipelihara, ditangkarkan dan dibudidayakan, disamping tentu saja untuk keperluan konservasi sumber daya satwa atau plasma nutfah asli Indonesia (Ciptadi dkk, 2022). Penangkaran rusa yang berada di wilayah militer tepatnya di Brigade Infanteri (Brigif) Mekanis 16/WY terletak di lereng Gunung Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, merupakan salah satu upaya konservasi dan penangkaran satwa harapan di Jawa Timur yang potensial untuk terus dikembangkan. Penangkaran rusa ini terbuka umum dan tidak dipungut biaya, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi tempat wisata sekaligus edukasi untuk keluarga. Masyarakat dapat berkunjung dan melihat secara langsung serta memberi makan rusa dengan membeli jenis sayuran yang dijual oleh masyarakat lokal yang ada di tempat wisata tersebut. Dibukanya tempat wisata edukasi penangkaran rusa ini sekaligus bertujuan untuk mendekatkan diri TNI dan masyarakat. Karena sudah terbiasa dengan kehadiran manusia, rusa yang berada di penangkaran tersebut tergolong jinak sehingga bisa lebih menyenangkan saat diberikan pakan sayur.

Kunjungan Tim Riset Grup Bank Sel Gamet di Penangkaran rusa ini bertujuan untuk melakukan observasi awal mengenai keberadaan sekaligus melihat secara langsung kondisi rusa di lokasi tersebut. Rusa-rusa tersebut ditempatkan dalam kandang berpagar teralis berukuran sekitar 100 x 200 meter. Kegiatan konservasi, baik konservasi ex-situ dan in situ, seharusnya menyediakan habitat yang sesuai dengan habitat alami rusa Bawean. Hal ini bisa dilakukan melalui penyesuaian habitat serta manajemen pemeliharaan dengan tingkah laku, kebutuhan nutrisi serta comfort zone (Fizriyah dkk, 2022). Rusa umumnya merupakan hewan herbivora sehingga makanan pokoknya adalah hijauan dan sebagai pakan tambahannya dapat berupa konsentrat, sayur mayur, umbi-umbian, atau limbah pertanian. Rusa pada sifat alaminya biasa mencari makan pada pagi dan sore hari menjelang petang karena pada siang hari cenderung bersembunyi.

Jenis rusa yang ada di Penangkaran Rusa Brigif-16 adalah rusa timor (Cervus timorensis) dan rusa totol (Axis axis). Rusa timor merupakan rusa tropis terbesar kedua setelah rusa sambar. Rusa timor dibandingkan dengan jenis rusa yang lain memiliki subspesies yang paling banyak dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Berat rusa timor berkisar antara 40-120 kg, tergantung pada sub-spesiesnya. Berdasarkan perbandingan ukuran, rusa timor asal Pulau Jawa memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan rusa timor dari daerah lainnya. Rusa timor di Maluku memiliki berat badan sekitar 30-40% lebih kecil dari rusa Jawa. Warna rambut bervariasi antara coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan. Tekstur rambut rusa timor jauh lebih halus dibandingkan dengan rusa sambar. Rusa totol adalah satwa yang memiliki nilai estetika karena memiliki totol pada kulitnya dan tanduk yang indah sehingga banyak peminatnya. Rusa totol bertubuh besar mencapai 100 kg (Gersetiasih dan Herlina, 2005).

Menurut Agus Beno yang saat ini bertugas di area penangkaran, beliau bertanggung jawab terhadap rusa tersebut dan telah ditugaskan dalam pemeliharaan rusa sejak enam tahun yang lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, Brigif-16 telah menyebarkan hasil breeding ke sejumlah daerah di Jawa Timur sehingga jumlah rusa yang sekarang berada di penangkaran ini tinggal 54 ekor saja. Misalnya, pada tahun 2018 Pendopo Agung Trowulan mendatangkan sepasang rusa dari Brigif 16 untuk tujuan menarik minat masyarakat di lokasi pendopo tersebut. Kemampuan beranak jenis rusa ini berbeda dengan jenis ruminansia kecil seperti kambing, rusa hanya dapat beranak satu ekor dalam setahun, sehingga memang untuk penambahan populasi memang cenderung lambat. Menurut penuturan Beno, apabila memasuki musim kawin, agresivitas ditunjukkan dengan pejantan yang selalu mengejar betina. Umur kawin rusa di penangkaran ini berkisar antara 3-4 tahun.

Melihat program pembiakan yang telah dilakukan, masih ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pola breeding sekaligus manajemen pemeliharaan sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di penangkaran rusa Brigif-16. Hal ini didukung dengan metode kondisi area penangkaran yang bersih dan layak dikunjungi sebagai tempat wisata sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat lokal yang berasal dari penjualan pakan sayur dan juga lahan parkir, sehingga keberadaan satwa rusa tidak hanya bermanfaat untuk kelestarian populasi, tetapi juga terjadi simbiosis mutualisme bersama dengan kehadiran pengunjung sebagai sarana edukasi. Keberhasilan penangkaran dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pakan, pelindung, naungan, ruang dan air (Saputra dkk, 2021). (Penulis ARIP, dkk, 2022)

Agus Budiarto melakukan interaksi lebih dekat dengan rusa didampingi oleh Petugas
Petugas bersama dengan Rusa Timor Jantan
Rusa totol (Foto oleh ARIP, 2022)
 

DAFTAR PUSTAKA

Ciptadi, G., A. Budiarto., Putri, P. F., D. K. Wuragil., Susiati., E. Fizriyah., Khonita Rahma Diani., Mudawamah. 2022. Semakin Diminati dan Menarik Publik Budidaya Penangkaran Rusa untuk Tujuan Ekowisata-Eduwisata.  https://www.bankselgamet.com/2022/09/12/semakin-diminati-dan-menarik-publik-budidaya-penangkaran-rusa-untuk-tujuan-ekowisata-eduwisata/. Diakses pada 11 Oktober 2022.

Fizriyah, E., G. Ciptadi., A. Budiarto., Y. Oktanella., Ardyah I. R. Putri, A. Hemiyanti., A. Efani dan Q. Sholihah. 2022. Penangkaran Rusa di Pulau Bawean Perlu Padang Penggembalaan Lebih Luas dan Peningkatan Kualitas Pakan. https://www.bankselgamet.com/2022/08/12/penangkaran-rusa-di-pulau-bawean-perlu-padang-penggembalaan-lebih-luas-dan-peningkatan-kualitas-pakan/. Diakses pada 11 Oktober 2022.

Garsetiasih, R Dan N. Herlina. 2005. Studi Struktur Populasi Rusa Totol (Axis Axis Erxl). ) Jurnal Penelitian Dan Konservasi Alam. 2(1):51-70.

Saputra, M. Y., D. Yoza dan E. Sribudiani. 2021. Karakteristik Dan Kesesuaian Habitat Rusa Timor (Cervus Timorensis) Di Universitas Riau. Jurnal-Jurnal Ilmu Kehutanan. 5 (2):27-36.