Artikel
Untung Berlipat dengan Beternak Domba Cara Nabi
Posted on Mei 26, 2020 by Widjaja D H K
Dunia peternakan mengalami kemajuan luar biasa pesat sejak awal milenium hingga saat ini dalam hal sains maupun teknologi terapan, pakan, perkandangan, genetika, manajemen pemeliharaan dll, berbagai riset dilakukan terus menerus untuk meningkatkan efisiensi produksi maupun reproduksi ternak, hingga mengubah wajah dunia peternakan seperti saat ini. Namun diskusi sederhana bersama kelompok ternak di Magetan 5 tahun yang lalu menjadi sebuah jalan baru dalam suatu pemikiran, ketimbang terus terperangkap didalam kotak bernama inovasi, sains dan riset penelitian. Gagasan tersebut ialah “sejauh mana kehebatan sains kita saat ini dalam melampaui kinerja produksi dan efisiensi peternakan pada jaman nabi?”. Namun pada artikel pertama ini kita hanya akan membahas tentang peternakan cara nabi yang di sesuaikan dengan kondisi lingkungan saat ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »
“Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.” Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa qirath (mata uang dinar, pen.) dari penduduk Mekah.” (HR. Bukhari, no. 2262)
Dari isi hadist diatas kita dapat mengetahui bahwa begitu bermakna suatu pekerjaan menggembala kambing/domba sehingga disebutkan bahwa tidak ada Nabi kecuali dia pernah menggembalakan kambing, sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapan Nabi merupakan sunnah sedangkan sunnah (Al-hikmah) juga merupakan wahyu dari Alloh SWT di mana telah disebutkan di dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 231:
“Dan ingatlah nikmat Allah kepada kamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Dalam sistim pemeliharaan modern di kenal tiga sistim pemeliharaan yaitu pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif. Pemeliharaan intensif menempatkan ternak selama 24 jam terus menerus berada di dalam kandang, sehingga peternak harus menyediakan semua kebutuhan pakan, minum, juga termasuk bangunan kandang yang memadai dan tenaga kerja dalam manajemen pemeliharaan dll. Sistim semi intensif merupakan gabungan dari sistim pemeliharaan intensif dan ekstensif dimana ternak selain dipelihara di dalam kandang juga sebagian waktunya berada di padang gembala, dalam sistim ini peternak masih memberiakan pakan tambahan dan berbagai perawatan kepada ternak. Pada Sistim ekstensif ini lah yang dirasa paling mendekati bagaimana cara pemeliharaan ternak pada jaman Nabi-Nabi terdahulu, yaitu dengan penggembalaan ternak. Diantara kelebihan sistim ekstensif ialah 1. Menghemat investasi berupa bangunan kandang, 2. Menghemat biaya pakan, 3. Menghemat tenaga kerja, dan 4. Sesuai dengan kaidah animal welfare, peternak pada sistim pemeliharaan ini hanya memerlukan investasi berupa ternak dan tenaga kerja saja, seperti yang telah kita ketahui bahwa nilai investasi pengadaan kandang, lahan dan pakan ialah lebih dari 70% dari total pengeluaran, sehingga dengan sistim ini sangat menghemat pengeluaran.
Pada jaman modern yang merupakan fase industrialisasi seperti saat ini rasanya sudah sangat sulit untuk mempraktekan sistim peternakan ekstensif, oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi dan penyesuaian. Ladang penggembalaan pada umumnya dilakukan pada savana atau padang rumput, namun karena beberapa keterbatasan geografis maka penggembalaan bisa di lakukan dengan cara tumpang sari dengan tanaman produksi berbatang kayu seperti kelapa sawit, karet, kopi, cengkeh dll. Sistim penggembalaan bisa dilakukan dengan cara penggembalaan berpindah pindah untuk memberi kesempatan vegetasi tanaman di atas lahan untuk melakukan recovery, bila diperlukan peternak dapat membuat pagar pembatas antar lahan penggembalaan satu dengan lainnya, namun secara lebih mendetail peternak perlu melakukan sampling untuk mengukur kemampuan lahan dalam menyediakan pakan bagi ternak.
Dengan menghitung nilai Revenue/Cost ratio (R/C ratio) untuk mengukur tingkat kelayakan usaha dan efisiensi modal atau untuk melihat nilai keuntungan relatif sebuah usaha, maka kita dapat membuat perencanaan usaha peternakan dengan sistim ekstensif tersebut. Berikut kita akan menyimak analisa usaha bisnis peternakan tersebut:
Modal :
1. | Pembelian bibit 18 ekr betina dan 2 jantan@ 1.200.000 x 20 ekr | = Rp. 24.000.000,- |
Total | = Rp. 24.000.000,- |
Cost :
1. | Penyusutan ternak(asumsi penyusutan 10% pertahun)
Rp. 24.000.000 x 10% |
= Rp. 2.400.000,- |
2. | Biaya tenaga kerja@ 700.000/ bln x 12 bln | = Rp. 8.400.0000,- |
3 | Biaya lain-lain | = Rp. 2.000.000,- |
Total | = Rp. 12.800.000,- |
Revenue :
1. | Hasil anak 54 ekor anak(estimasi domba beranak 3x dalam 2 thn = 1,5 x beranak /thn)
(rata-rata per kelahiran = 2 ekr anak) (estimasi harga anak domba umur rata-rata 4 bln= 700.000) 18 induk x 2 ekr anak/kelahiran x 1.5 x 700.000 |
= 37.800.000 |
Total | = 37.800.000,- |
Dari perhitungan diatas di dapatkan R/C ratio ialah : : = 3
Hasil diatas menunjukan bahwa usaha ternak dengan sistim ini sangat potensial dalam menghasilkan keuntungan, dengan nilai R/C ratio = 3 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah modal yang kita investasikan maka akan memberikan keuntungan relatif sebesar 3 rupiah per tahun, bahkan ini jauh lebih tinggi dari bunga deposito yang saat ini hanya sekitar 4% pertahun.
Tiap-tiap sistim yang telah di pelajari memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, peternak harus bijak dalam menerapkannya tentunya di sesuaikan dengan banyak faktor mulai dari ekonomis, sosiologis, maupun geografis. Dalam sebuah ayat Alqura’n disebutkan bahwa “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Alloh SWT”. [al-Ahzâb/33:21]. Demikianlah kita berusaha mendekatkan diri dengan sifat-sifat Nabi Muhammad saw dalam segala bidang dalam kehidupan termasuk salah satunya ialah dalam hal tata cara beternak.
Image sources:
https://keuskupanbogor.org/data/uploads/2019/12images-8.jpg
https://assests-a2.kompasiana.com/items/album/2020/10/23/img/-20200123-21300