Penangkaran Rusa di Pulau Bawean Perlu Padang Penggembalaan Lebih Luas dan Peningkatan Kualitas Pakan
Upaya penangkaran dan pemeliharaan rusa endemik yang ada di Pulau Bawean, kabupaten Gresik perlu mendapat perhatian seluruh pihak terkait. Rusa Bawean (Axis kuhlii) merupakan satwa harapan, ciri spesifik dan sekaligus branded Pulau Bawean Kabupaten Gresik, tidak hanya penting dan perlu dilakukan konservasi tetapi juga sekaligus kedepan bisa dikembangkan sebagai salah satu tujuan ekowisata yang menarik bagi wisatawan. Pada saat ini ada dua pusat penangkaran dan pemeliharaan rusa semi intensif di Pulau Bawean yaitu di Pudakit timur dan di Mombhul Kecamatan Sangkapura yang merupakan dua daerah yang relatif berbeda lingkungan/habitat in-situ-nya. Penangkaran rusa Pudakit Timur terletak di daerah dataran tinggi atau pegunungan, berjarak 6 km dari Pelabuhan Sangkapura, dilengkapi dengan jalan setapak yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur tracking serta difasilitasi tempat beristirahat berupa café. Sedangkan penangkaran rusa Mombhul berada di daerah dataran rendah atau pantai serta tergabung dalam wanawisata Pantai Kerrong. Penangkaran Rusa Mombhul berjarak sekitar 12 km dari bandar udara Harun Thohir Bawean atau hanya sekitar 20 menit menggunakan kendaraan. Pada dua lokasi penangkaran/pemeliharaan rusa di Pulau Bawean ini jumlahnya kurang lebih 100 ekor saat ini dengan struktur populasi yang bervariasi dari waktu ke waktu, sehingga bisa digolongkan dalam kriteria critically endangered animal.
Menurut bapak Soedirman pengelola dan penanggung jawab penangkaran rusa Bawean yang ada di Pudakit Timur, Kecamatan Sangkapura untuk bisa mengembangkan dan menaikkan populasi rusa yang ada saat ini diperlukan padang penggembalaan yang lebih luas dan sekaligus bisa dikembangkan jenis atau sumber pakan rusa yang lebih bervariasi. Menurut Dr.Ir. Agus Budiarto, MS. yang bersama tim peneliti dari UB yaitu tim Kelompok Kajian Sumber Daya Genetik Satwa dan Ternak Lokal Fakultas Peternakan UB dan Tim Peneliti dari sekolah Pascasarjana UB yang dikoordinir oleh Prof. Gatot Ciptadi, menyatakan bahwa sudah waktunya kondisi pakan yang ada sekarang ini ditingkatkan kualitas nutrisinya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya populasi rusa Bawean adalah dengan cara melakukan usaha konservasi, baik secara in-situ maupun ex-situ. Kegiatan riset tentang rusa di pulau Bawean dan di beberapa wilayah di Jawa Timur ini melibatkan 2 mahasiswa S1 Fakultas Peternakan UB, dan 3 mahasiswa sekolah pasca Sarjana UB.
Kegiatan konservasi, baik konservasi ex-situ dan in situ, seharusnya menyediakan habitat yang sesuai dengan habitat alami rusa Bawean. Hal ini bisa dilakukan melalui penyesuaian habitat serta manajemen pemeliharaan dengan tingkah laku, kebutuhan nutrisi serta comfort zone rusa Bawean. Lebih jauh studi kelayakan pakan rusa yang memenuhi kebutuhan kualitas dan kuantitas perlu dianalisis sekaligus dimplementasikan di masa datang. Lokasi penangkaran in-situ menunjukkan suhu dan kelembaban yang relatif lebih tinggi. Suhu dan kelembaban yang tinggi, dapat menyebabkan rusa mengalami cekaman panas, sehingga dapat mempengaruhi perilaku makan rusa. Saat terkena cekaman panas misalnya, perilaku dan frekuensi/intensitas rusa untuk mencari makan bisa menurun. Diduga pada duhu lingkungan yang tinggi , khususnya disiang hari yang terik diduga dapat berpengaruh terhadap konsumsi pakan, ternak akan lebih sedikit mengkonsumsi pakan dan cenderung meningkatkan frekuensi minumnya.
Rusa memiliki perilaku makan grazing yaitu makan rumput di padang rumput dan browsing yaitu makan daun-daunan semak di hutan, makan biji-bijian dan makan jamur yang tumbuh di bawah pohon. Rusa Bawean, terdapat kecenderungan perlu diberikan rerumputan yang lembut dengan tambahan dedaunan. Penangkaran rusa Pudakit Timur mampu memberikan jenis tanaman pakan yang lebih beragam dibanding daerah lainnya, hal tersebut disebabkan oleh wilayah konservasi rusa Pudakit Timur terletak di daerah Gunung Besar. Gunung Besar termasuk daerah dengan kelimpahan tanaman pakan tertinggi. Rumput lapang, daun Nangka, kangkung, daun gmelina, tebon jagung, serta daun gondang adalah pakan yang diberikan pada penangkaran in-situ. Sistem pemeliharaan rusa yang dilakukan adalah sistem pemeliharaan semi intensif, dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari serta terdapat suplementasi mineral berupa mineral block dan garam. Terdapat perbedaan bahan pakan yang diberikan di unit konservasi in-situ dan ex-situ, hal tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pakan di setiap lokasi.
Pada penangkaran rusa Pudakit Timur, penangkaran rusa Mombhul, pakan diberikan dengan metode cut and carry. Sebaiknya, tanaman pakan rusa Bawean yang ada di wilayah in-situ diharapkan dapat dikultivasi di unit khusus, untuk meningkatkan keragaman sumber tanaman pakan rusa Bawean, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kebutuhan nutrisi rusa Bawean, serta meminimalisir campur tangan manusia pada rusa Bawean di penangkaran in-situ untuk menjaga sifat alamiah rusa Bawean dan cepat beradaptasi kembali khususnya terhadap jenis pakannya saat dilepasliarkan kembali. (Elvina Fizriyah, Gatot Ciptadi, Agus Budiarto, Yudit Oktanella, ardyah Ir. Putri, Adelina Hemiyanti, Anthon Efani, Qomariyatus Sholihah, Tim Peneliti.,2022.)
Gambar. 1- 8. Foto-foto kegiatan penelitian awal survei Rusa di Pulau Bawean oleh gabungan tim Kelompok kajian Bank Sel Gamet dan Staf Pengajar Sekolah pasca sarjana PDIL- UB . ( Foto: Elvina Fizriyah, Agus Budiarto, dan Gatot Ciptadi, 2022).