INISIASI KEGIATAN AWAL PENGABDIAN MASYARAKAT PETERNAKAN: MENANGKAP PELUANG DI DESA BUMIREJO DAMPIT SEBAGAI KOTA PRODUSEN KOPI BERKUALITAS


Gambar. Kegiatan tim Kelompok Kajian (KK) bank sel gamet Fakultas Peternakan UB dalam perintisan kerjasama dan pembinaan kelompok peternak Domba di Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit,. Tim melakukan kunjungan dan Silaturohim ke bapak Sugeng kepala Desa Bumirejo Dampit untuk mendiskusikan kegiatan pengabdian Masyarakat Fakultas Peternakan UB   pada  Mei- Juni 2021.(Foto, Dinda Widjaja dan G. Ciptadi, 2021).

Kecamatan Dampit merupakan wilayah pedesaan yang terletak di Kabupaten Malang. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai selatan Pulau Jawa ini terdiri dari 1 kelurahan, 11 desa, 46 dusun, 114 RW dan 713 RT. Ke-12 desa di kecamatan ini adalah Amadanom, Baturetno, Bumirejo, Dampit, Jambangan, Majangtengah, Pamotan, Pojok, Rembun, Srimulyo, Sukodono, dan Sumbersuko. Topografi sebagaian merupakan daratan dan pegunungan dengan ketinggian 300 sampai 460 m dpl. Desa Bumirejo kecamatan dampit, di sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Turen. Jarak antara Malang kota sampai Turen kurang lebih 27,5 km, dan Turen-Bumirejo kurang lebih 10 km, jarak tempuh kota Malang sampai desa Bumirejo bisa ditempuh dalam waktu 1 jam.

Desa Bumirejo bagian dari kecamatan Dampit yang dikenal dengan kota kecamatan produsen kopi khas dan berkualitas, karenany desa Bumirejo juga penghasil kopi yang sampai saat ini oleh BUMDES desa sudah ditingkatkan produksinya menjadi kopi bubuk dalam bentuk packing dan sudah dipasarkan ke beberapa daerah. Silahkan mampir kerumah Bapak  kepala Desa Bumirejo, misalnya pasti tersajikan minuman khas kopi hangat ASLI produk Bumirejo.  Desa Bumirejo potensial untuk tanaman buah tropika seperti Kopi, Pepaya, Cokelat dan juga Singkong, dan pada saat tertentu produksi akan berlimpah serta limbah dari tanaman tersebut menumpuk yang bekum termanfaatkan. Diantara tanaman tersebut diselingi tanamn legume seperti glirisideae, Kaliandra, lamtoro, kelor  sbagian besar dimanfatkan sebagai tanaman pagar. Sedangkan dibawah tanaman utama di manfatkan rumput seperti tanaman rumput odot sbagai produk sampingan untuk pakan ternak kambing domba maupun sapi.

Desa Bumirejo dalam satu tahun terakhir ini sudah menangkap peluang dari potensi hasil samping dari tanaman pokok, dengan mengembangkan ternak kambing domba, dan telah berhasil mengeksport domba perdana ke Brunei, yang disaksikan Gubernur Jatim. Sekaligus kegiatan ini membuktikan bahwa pada musim pandemic sector peternakan domba di desa tetap eksis. Berawal dari keberhasilan kegiatan tersebut untuk menjaga kelangsungan ekspor mulailah terbentuk kelompok petani domba sebanyak 200 peternak, dimana yang rata rata sudah mempunyai ternak domba 5-10 ekor serta akan ditambah lagi pasokan bibit domba dari luar jatim sebanyak 5000 ekor. Permasalahan permasalahan yang sekarang dihadapi adalah bagaimana upaya mempertahankan prestasi yang sudah diperoleh dan mendapat perhatian pemerintah propinsi, serta menjaga kontinyuitas ternak yang akan di ekspor, salah satu diantaranya dengan pemebnahan factor intern yaitu memperdayakan limbah tanaman buah tropika berupa batang papaya selain batang singkong, menjadi bahan campuran konsentrat. Dari segi perkembangbiakan diperlukan sentuhan ilmu penetahuan tentang reproduksi  dan kesehatan ternak. Sebagai jalan pemecahannya Dsa Bumirejo menggandeng Kelompokkajian (riset grup) Bangselgamet Fakultas Peternakan ub (RG-BSG) yang di koordinir oleh  Prof.Gatot Ciptadi dan Dr. Agus Budiarto sari Fapet UB

Rumusan pemecahan masalah sudah diagendakan oleh RG-BSG adalah peembenahan recording, penyempurnakan pembuatan pakan penguat (konsentrat), pengawetan pakan ternak, keteraturan beranak (reproduksi), pemberdayaan masyarakat khususnya anggota kelompok yang membudidayakan tanaman pepaya dengan memanfaatkan batang papaya yang berlimbah. Tentang potensi pakan limbah di desa ini, lebih jauh dikatakan oleh bapak kepala desa Bumirejo, bahwa sisa pohon pepaya hasil peremajaan kebun hanya dibiarkan menumpuk dan membusuk begitu saja di area kebun tanpa ada perlakuan khusus dan terurai dengan sendirinya. Apabila luasan areal pertanaman pepaya meningkat, maka jumlah pohon hasil peremajaan akan meningkat dan dapat menimbulkan masalah baru berupa limbah pohon pepaya. Limbah dalan jumlah besar akan menimbulkan bau dan memancing berbagai penyakit”. Bapak Sugeng menambahkan keterangan bahwa upaya-upaya  solutif sekaligus dapat membantu petani papaya dalam menambah pengahsilannya. Oleh karena itu, batang pepaya berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku industri pangan mendukung program biopertanian dan zero waste. (Agus Budiarto, Juni 2021).