POTENSI DAN KENDALA SISTIM PEMELIHARAAN EKSTENSIF KAMBING KACANG DI AREAL TAMBAK SIDOARJO JAWA TIMUR
Areal tambak yang luas di daerah Sidoarjo tepatnya di desa Sawohan kecamatan Buduran kurang lebih berjarak 15 km dari pusat kota Sidoarjo, berkembang kambing Kacang yang mulai langka di Indonesia. Rumpun ternak kambing lokal yang dominan di Indonesia ini masuk kategori kambing ukuran kecil. Namun dalam perkembangannya diduga karena perkembangan jaman dan dalam kurun waktu yang lama serta pengaruh kondisi lingkungan serta iklim yang berbeda mengakibatkan penampilan ternak kambing ini secara perlahan-lahan menimbulkan perbedaan atau variasi fenotipik dan genetik akibat respon penyesuaian dengan lingkungan setempat.
Perkembangbiakan Kambing kacang di areal tambak ini pertumbuhannya sangat pesat hingga tahun 2017 sudah mencapai 1700 ekor lebih yang dimiliki oleh 35 orang. Populasi kambing tahun 2011 ( 850 ekor), populasi tahun 2012 (1150 ekor)dan tahun 2013 (1365 ekor); artinya tahun 2011 – 2012 naik 35 persen, 2012-2013 naik 19% dan rata-rata kenaikan pertahun dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2013-2017) sebesar 8 persen. Perubahan populasi yang semakin menurun secara drastic dapat dipahami secara ilmiah, karena berdasarkan data yang ada diyakini bahwa tahun 2011 cempe hasil perkawinan kambing kacang dalam populasi tersebut masih belum besar angka kekerabatannya. Hal ini dapat diketahui 1 tahun kemudian, kambing betina yang sudah berumur 1 tahun dikawini oleh kambing jantan yang masih mempunyai hubungan darah dekat, inilah kiranya penyebabnya populasi terus menurun karena dapat dipastikan banyak kematian. Dari sisi lain dengan pola pemeliharaan yang extensive ini sangat berpengaruh terhadap kematian cempe maupun pertumbuhannya yang lambat, karena setiap hari mulai hari kelima cempe ditinggal induknya merumput kurang lebih selama lebih dari 8 jam (jam 9.00 pagi sampai sore sekitar jam 17.00) sehingga cempe tidak mendapatkan air susu selama itu.
Sebagai salah satu solusi untuk mengamankan keberadaan komunitas kambing kacang di areal tambak sebagai asset plasma nutfah di Jawa Timur adalah dengan mengganti kambing jantan yang ada dari daerah lain (yang tidak mempunyai hubungan darah), selain itu mengatur ratio jantan dan betina kambing kacang pada populasi tersebut. Lebih lanjut perbaikan dapat dilakukan dengan merubah secara bertahap meliputi pola pemeliharaan induk, pola perkandangan dan sanitasinya
Efisiensi dan pendayagunaan serta pemanfaatan sumber daya pakan areal tambak untuk diperdayagunakan pemeliharaan kambing kacang, kiranya perlu pengetahuan tentang produksi, kebutuhan hijauan dan daya dukung areal nya sbb:
Areal tambak seluas 830.270 hektar (88 % dari luas desa sawohan) dan disepanjang tambak masih ada areal yang kosong diantara tambak sebagai umbaran ternak kambing.Produksi rumput lapang yang cukup besardapat menopang pakan Kambing kacang sepanjang tahun.Sistim pemeliharaan secara extensive (diumbar), memang efisien karena ternak kambing bisa bebas memilih pakan (selektif) yang disukai, kebutuhan pakan hijauan tidak terbatas (ad libitum) demikian juga kebutuhan air minum secara bebas dan selalu tersedia meskipun air yang tersedia cukup tinggi kandungan garamnya. Artinya sedikit banyak kebutuhan mineral untuk kambing sudah cukup terpenuhi,meskipun imbangannya dengan unsur phosphor belum banyak diketahui.Jikalau unsur tersebut benar-benar terpenuhi sangat membantu dalam meningkatkan tingkat kelahiran kambing.
(Agus Budiarto, 2017, Anggota Tim Kelompok Studi/Kajian Sumber Daya Genetik Ternak-Fapet UB).
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.